Media pemadam api adalah suatu media atau zat yang mempunyai kemampuan khusus untuk memadamkan api yang telah diklasifikasikan dalam kelas kebakaran menurut penyebabnya. Untuk menangani kelas-kelas kebakaran tersebut, di Indonesia umumnya ada empat jenis media pemadam api yang sering digunakan. Media tersebut yaitu dry chemical powder, cair, foam, dan CO2 karbon dioskida. Keempat media tersebut dapat digunakan untuk proteksi dari kebakaran. Baik untuk penggunaan pribadi, fasilitas umum rumah sakit, sekolah, gedung perkantoran, pusat perbelanjaan, maupun pabrik. Media Pemadam Api Dry Chemical Powder Cocok Untuk Segala Jenis Kebakaran Media pemadam api dry chemical powder sangat serbaguna karena dapat memadamkan segala jenis kebakaran. Baik kebakaran akibat benda padat mudah terbakar seperti kertas atau kain, kebakaran yang disebabkan oleh zat cair mudah terbakar bensin, thinner, cat, dan lain sebagainya, kebakaran yang disebabkan oleh elektrikal atau listrik, dan kebakaran yang disebabkan oleh benda metal mudah terbakar magnesium, potasium, dan titanium. Media dry chemical powder berbentuk seperti bubuk bedak dan bersifat menutupi area kebakaran sehingga mencegah kontak dengan oksigen. Dengan berkurang atau hilangnya elemen oksigen, maka api akan mudah dipadamkan. Karena oksigen adalah salah satu unsur pembentuk api yang terangkai dalam segitiga api. Namun penggunaan alat pemadam api media dry chemical dapat menyebabkan gangguan pernafasan jika terhirup dan digunakan di dalam ruangan. Sebaiknya gunakan masker atau breathing apparatus agar bubuk tidak terhirup. Macam-Macam Media Pemadam Api Media pemadam api memiliki beberapa jenis selain media dry chemical powder. Media pemadam api lainnya juga sangat ampuh mengatasi kebakaran sesuai dengan klasifikasi kelas kebakaran. Berikut adalah media pemadam api dengan spesifikasi dan keunggulannya Media Pemadam Api Cair Media pemadam api cair bersifat menembus bahan yang terbakar dan menciptakan efek pendinginan sehingga api tidak akan kembali menyala. Alat pemadam api dengan media cair cocok digunakan untuk memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh material padat mudah terbakar seperti kayu, sampah kering, kertas, dan tekstil. Selain itu alat pemadam api media cair juga dapat memadamkan kebakaran yang disebabkan oleh zat cair mudah terbakar seperti bensin, solar, dan thinner. Saat menggunakan alat pemadam api dengan media cair sebaiknya menghindari kontak dengan peralatan kelistrikan karena sifat air yang konduktif. Media Pemadam Api CO2 Media alat pemadam api CO2 atau karbon dioksida memadamkan api dengan cara menghilangkan unsur oksigen dari segitiga api dan juga menghilangkan panas dengan gas yang dingin. Alat pemadam api dengan media CO2 dapat digunakan untuk memadamkan api yang disebabkan oleh zat cair mudah terbakar dan kebakaran akibat elektrikal. Media alat pemadam api CO2 biasa digunakan untuk memadamkan api yang disebabkan oleh elektrikal karena sifatnya yang non-konduktif sehingga aman. Selain itu media CO2 juga tidak meninggalkan residu yang dapat mengganggu kinerja peralatan elektronik. Biasanya, fisik tabung alat pemadam api media CO2 akan tebal dan berat karena adanya tekanan tinggi di dalam tabung yaitu sekitar 200 bar. Saat penggunaan alat pemadam api media CO2 di dalam ruangan, pengguna sebaiknya menggunakan alat bantu pernafasan atau breathing apparatus sehingga pasokan oksigen tetap terjaga. Media Alat Pemadam Api Foam Media alat pemadam api foam bersifat mendinginkan sehingga mencegah pengapian ulang dan menutupi area kebakaran dengan sempurna. Cara kerja alat pemadam api media foam yaitu dengan menghilangkan elemen panas dan memisahkan unsur oksigen dari unsur lainnya. Material media foam yaitu air dan biang foam busa yang dapat mengatasi kebakaran yang disebabkan oleh material padat mudah terbakar dan material cair mudah terbakar. Setelah mengetahui macam-macam media alat pemadam api, terutama yang ada di Indonesia. Kini Anda juga dapat mengetahui media alat pemadam api yang cocok untuk memproteksi rumah, kantor, gedung, atau pabrik. Tentunya dengan menyesuaikan aset-aset yang terdapat di dalamnya yang mungkin berpotensi menyebabkan kebakaran. Saat menggunakan alat pemadam api, pastikan kecakapan dan keamanan pengguna dengan mengetahui cara penggunaan alat pemadam api terlebih dahulu. Sehingga proses pemadaman dapat berjalan mudah dan efektif. Comments pingbacks / trackbacks
APARJenis Dry Chemical Powder ini merupakan Alat pemadam api yang serbaguna karena efektif buat memadamkan kebakaran di hampir semua kelas kebakaran seperti mana Inferior A, B dan C. APAR Varietas Dry Chemical Powder tidak disarankan buat digunakan n domestik Industri karena akan mengotori dan negatif peralatan produksi di sekitarnya.
Kebakaran adalah sebuah fenomena yang terjadi ketika suatu bahan mencapai temperatur kritis dan bereaksi secara kimia dengan oksigen yang menghasilkan panas, nyala api, cahaya, asap, uap air, karbon monoksida, karbondioksida, atau produk dan efek lain Standar Nasional Indonesia/SNI. Kebakaran merupakan api yang tidak terkendali dan tidak diinginkan oleh manusia. Kebakaran termasuk keadaan darurat yang dapat menimbulkan berbagai macam kerugian mulai dari manusia, harta benda, maupun produktivitas, dan kerugian sosial. Menurut PERMEN PU pasal 1, bahaya kebakaran adalah bahaya yang diakibatkan oleh adanya ancaman potensial dan derajat terkena pancaran api sejak dari awal terjadi kebakaran hingga penjalaran api, asap, dan gas yang ditimbulkan. Kebakaran dapat terjadi karena adanya tiga unsur segitiga api yang saling berhubungan, yaitu adanya bahan bakar, oksigen, dan sumber panas atau nyala. Pada umumnya kebakaran terjadi secara tidak terduga, namun dapat di kontrol atau dicegah dengan melepaskan satu dari tiga unsur segitiga api tersebut. Teori Terjadinya Api a. Segitiga Api Triangle of Fire Api tidak terjadi begitu saja namun terdapat suatu proses kimiawi antara unsur bahan bakar fuel, oksigen O2 dan panas yang dikenal dengan teori segitiga teori segitiga api, kebakaran terjadi karena adanya tiga faktor yang menjadi unsur api, yaitu Ramli, 2010 Bahan bakar fuel, meliputi bahan padat, cair, dan gas yang dapat terbakar dan tercampur dengan oksigen dari udara. Sumber panas heat, yaitu pemicu kebakaran dengan energi yang cukup untuk menyalakan campuran antara bahan bakar dan oksigen dari udara. Oksigen, yaitu proses kebakaran tidak terjadi tanpa adanya udara atau oksigen. b. Bidang Empat Api Tetrahedron of Fire Kebakaran dapat juga terjadi karena ada tambahan unsur keempat yaitu reaksi berantai pada pembakaran sehingga dimensi segitiga api menjadi model baru yang disebut dengan bidang empat api atau yang sering disebut juga Tetrahedron of Fire. Berdasarkan teori bidang empat api, terdapat empat proses penyalaan api mulai dari tahap permulaan hingga menjadi besar, yaitu Ramli, 2010 Incipien Stage Tahap Permulaan. Pada tahap ini tidak terlihat adanya asap, lidah api atau panas, tetapi terbentuk partikel pembakaran dalam jumlah yang signifikan selama periode tertentu. Smoldering Stage Tahap Membara. Partikel pembakaran telah bertambah membentuk apa yang kita lihat sebagai asap. Masih belum ada nyala api atau panas yang signifikan. Flame Stage. Tercapai titik nyala dan mulai terbentuk lidah api. Jumlah asap mulai berkurang sedangkan panas meningkat. Heat Stage. Pada tahap ini terbentuk panas, lidah api, asap dan gas beracun dalam jumlah besar. Transisi dari flame stage ke heat stage biasanya sangat cepat seolah-olah menjadi satu dalam fase sendiri. Jenis-jenis Kebakaran Menurut PERMEN Tenaga Kerja pasal 2, kebakaran diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu Kebakaran Golongan A. Kebakaran bahan padat kecuali logam yang kebanyakan tidak dapat terbakar dengan sendirinya. Sifat utama dari kebakaran benda padat adalah bahan-bakarnya tidak mengalir dan sanggup menyimpan panas baik sekali. Misalnya karet, kertas, kayu, plastic. Kebakaran Golongan B. Kebakaran bahan cair atau gas yang mudah terbakar. Misalnya solvent, pelumas, produk minyak bumi, pengencer cat, bensin, dan cairan yang mudah terbakar lainnya. Kebakaran Golongan C. Kebakaran dari instalasi listrik dan listrik itu sendiri bertegangan. Kebakaran Golongan D. Kebakaran logam seperti magnesium, titanium, uranium, sodium, lithium, dan potassium. Tahap-tahap Kebakaran Proses terjadinya kebakaran pada gedung atau ruang tertutup terbagi menjadi lima tahap, yaitu sebagai berikut Tanubrata, 2006 a. Tahap Penyalaan Tahap ini ditandai dengan munculnya api dalam ruangan. Proses timbulnya api dalam ruangan ini disebabkan oleh adanya energi panas yang mengenai material yang dapat terbakar dalam ruang, misalnya ledakan kompor, tabung gas, hubungan singkat arus listrik, puntung rokok membara, dll. Akibat dan gejala yang ditimbulkannya masih relatif kecil sehingga kejadian pada tahap ini seringkali tidak diketahui. b. Tahap Pertumbuhan Growth Period Setelah tahap penyalaan, api mulai berkembang sebagai fungsi dari bahan bakar, dengan sedikit atau tanpa pengaruh dari ruangan. Udara yang ada di dalam ruangan masih cukup untuk mensuplai pembakaran. Jika material yang terbakar masih cukup banyak dan pertumbuhan api berlangsung terus, sehingga menyebabkan temperatur ruangan naik. Keadaan demikian ini disebut api dikendalikan bahan bakar. Pada tahap ini api masih teralokasi dan temperatur ruangan masih relatif rendah, di bawah 300 derajat C. Tahap pertumbuhan ini merupakan tahap yang paling baik untuk evakuasi penghuni dan sensor-sensor pencegah kebakaran harus sudah bekerja. Asap dan gas-gas beracun masih sedikit, sehingga ruangan masih cukup aman bagi tindakan evakuasi. Upaya pengendalian kebakaran sebaiknya dilakukan pada tahap ini, oleh karena selepas flashover api susah dikendalikan. c. Tahap Flashover Flashover secara umum didefinisikan sebagai masa transisi antara tahap pertumbuhan dengan tahap pembakaran penuh. Proses berlangsungnya sendiri sangat cepat, berkisar 300-600 derajat C. Munculnya flashover disebabkan oleh adanya ketidakstabilan panas di dalam ruangan. Beberapa kriteria kapan terjadinya flashover yaitu Saat lidah api flame menyentuh langit-langit. Saat lidah api flame mulai menjulur keluar bukaan. Saat temperatur lapis atas ruangan mencapai 300-600 derajat C. Saat timbul tingkat radiasi kritis pada lantai ruangan yang besarnya 2 cm2. Ketika flashover tercapai, yang sebelumnya terbakar sebagian mendadak dan serentak terbakar seluruhnya. Jadi flashover adalah kondisi batas dimulainya kebakaran total dalam ruangan. Kecepatan pembakaran naik secara cepat sehingga api sukar dikendalikan. Oleh karena itu perkiraan kapan terjadinya flshover sangat penting dalam pengkajian perilaku kebakaran dalam ruangan. d. Tahap Pembakaran Penuh Fully Developed Fire Pada tahap ini kalor yang dilepaskan heat release adalah yang paling besar, karena kebakaran terjadi di seluruh ruangan. Seluruh material dalam ruang terbakar, sehingga temperatur dalam ruang menjadi sangat tinggi, mencapai 1200 derajat C. Pada tahap ini perkembangan api sangat dipengaruhi oleh dimensi dan bentuk ruangan, terutama lebar bukaan, karena udara dalam ruangan sendiri sudah tidak mampu menyuplai pembakaran sepenuhnya. Kondisi demikian biasa disebut sebagai api yang dikendalikan oleh ventilasi. Akibat yang mungkin timbul adalah rusaknya elemen-elemen akibat thermal stress, kerusakan pada komponen struktur pendukung, kemudian runtuhnya bangunan. e. Tahap Surut Decay Tahap surut tercapai bila material terbakar sudah habis dan temperatur ruangan berangsur turun. Selain penurunan temperatur, ciri lain tahap ini adalah turunnya laju pembakaran. Pada tahap ini perkembangan api kembali sebagai fungsi dari material yang terbakar. Semakin menyusut bahan-bahan yang dapat terbakar dalam ruangan semakin api surut. Prosedur dan Metode Pemadaman Kebakaran Prosedur penanggulangan kebakaran wajib disusun oleh instansi kerja yang kemudian harus disosialisasikan kepada seluruh pekerja. Kewajiban penyusunan prosedur penanggulangan kebakaran dijelaskan pada KEPMENAKER bahwa kewajiban pengurus atau perusahaan yaitu memiliki buku rencana penanggulangan keadaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 lima puluh orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. Adapun metode pemadaman kebakaran menurut NFPA 1991 adalah sebagai berikut Triasbudi, 1998 a. Pendinginan Cooling Suatu kebakaran dapat dipadamkan dengan mendinginkan permukaan dan bahan terbakar dengan menggunakan bahan semprotan air sampai mencapai suhu di bawah titiknya. Pendinginan permukaan dan minyak yang terbakar akan menghentikan proses terbentuknya uap. Bila penguapan dapat dihentikan, kebakaran akan berakhir. b. Penyelimutan Smothering Suatu kebakaran dibatasi dengan memutus hubungannya dengan oksigen atau udara yang diperlukan dalam terjadinya proses kebakaran. Menyelimuti bagian yang terbakar dengan CO2 atau busa akan menghentikan suplai udara. c. Pemisahan bahan yang terbakar Suatu kebakaran dari bahan yang terbakar dapat dipisahkan dengan jalan menutup aliran yang menuju ke tempat kebakaran atau menghentikan suplai bahan bakar yang dapat terbakar. d. Memutus rantai reaksi Pemutusan rantai reaksi pembakaran ini dapat dilakukan secara fisik, kimia atau kombinasi fisika-kimia. Secara fisik, nyala api dapat dipadamkan dengan peledakan bahan peledak di tengah-tengah kebakaran. Secara kimia, pemadaman nyala api dapat dilakukan dengan pemakaian bahan-bahan yang dapat menyerap hidroksit OH dari rangkaian rantai reaksi pembakaran. Daftar Pustaka Ramli, Soehatman. 2010. Petunjuk Praktis Manajemen Kebakaran fire management. Jakarta Dian Rakyat. Tanubrata, M. 2006. Perencanaan Bangunan Terhadap Api. Yogyakarta Universitas Teknologi Yogyakarta. Triasbudi, Heny. 1998. Dalam Sifat-Sifat dan Dinamika Api. Jakarta Direktorat Pengolahan PERTAMINA.
7myk210. 3rc8jist5s.pages.dev/5033rc8jist5s.pages.dev/2023rc8jist5s.pages.dev/663rc8jist5s.pages.dev/4433rc8jist5s.pages.dev/313rc8jist5s.pages.dev/2443rc8jist5s.pages.dev/93rc8jist5s.pages.dev/394
manakah yang tidak termasuk dalam media pemadam kebakaran